Kamis, 26 Juli 2012


    
PENYULUHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
DESA LELES, KEC. SAGALAHERANG KAB. SUBANG
           
KELOMPOK 18

KKNM Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa
Universitas Subang


 
Kata pengantar

Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di beberapa daerah bahkan telah mulai melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia buatan yang biasa digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia buatan adalah Pupuk Organik.

           Pupuk organik adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, dedek halus, dedek kasar, abu dapur, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut difermentasikan dengan bantuan M2 (Microbe dua). Campuran M2 (Microbe dua).  yang digunakan untuk mempercepat fermentasi. Penggunaan M2 tidak hanya mempercepat proses fermentasi tetapi juga menekan bau yang biasanya muncul pada proses penguraian bahan organik.

           Di Jepang, bokashi telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura memilih Pupuk organik untuk lahan pertaniannya dikarenakan Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus.

Selain itu Pupuk organik juga terbukti meningkatkan kesuburan serta produktifitas tanaman meski efek ini baru dapat dirasakan setelah bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar karena pupuk alami semacam Pupuk organik biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun lengkap unsur makro dan mikronya.

       Belum diketahui dengan jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan Pupuk organik. Padahal bila mau, bahan baku Pupuk organik tersedia melimpah dan bahkan seringkali dianggap sebagai limbah sehingga kerap dihargai sangat murah.

a.       bahan-bahan yang harus disiapkan:
-  Nasi
-  Gula aren
-  Dedek halus
-  Dedek kasar
-  Kotoran kambing
-  Abu dapur/sekam
-  Jantung pisang, pohon pisang
-  Tanah dibawah pohon bambu
-  Jerami

b.      Peralatan yang harus disiapkan
üEmber
ü Alat-alat Tani
ü Lahan Tani
ü Bambu
ü Toples
ü Puring

Ø  Langkah Pertama
Petama-tama kita siapkan ruasan bambu yang sudah di bentuk seperti kentongan (kohkol) yang berfungsi untuk mengendapkan nasi yang sudah di tanak. Kemudian nasi di masukan ke ruasan bambu dan di bungkus pake kertas Koran yang berfungsi untuk menghasilkan nasi jadi jamur dan hasilnya seperti oncom prosesnya satu minggu minggu dan hasilnya di sebut M1 (Mikroba Satu).
.

Ø  Langkah ke dua
Setelah nasi jadi jamur (nasi akong) lalu siapkan gula aren yang sudah di potong halus dan kemudian disatukan dengan  nasi yang sudah jadi jamur (nasi akong) lalu diaduk sampe rata. Setelah diaduk dengan rata lalu di masukan ke toples yang sudah disiapkan lalu tutup rapat dengan kertas Koran (permentasi) prosesnya satu minggu dan hasilnya di sebut M2 (Mikroba Datu). Setelah selesai permentasi gula aren dengan nasi aking lalu di perah menggunakan puring, denagan tujuan memisahkan antara cairan halus dengan cairan kasar.

Ø  Langkah ke tiga
1. Larutkan M2 sebanyak dua sendok makan dicampur dengan Air + 10 liter, Aduk Hingga Merata, Kemudian Diamkan Selama 15-30 Menit.
2. Cacah Sampah Organik ( Daun, Jerami, batang pisang, daun pisang ) dengan Menggunakan Golok atu sejenisnya
3. Campur kotoran sapi, abu dapur/sekam, dedek halus, dedek kasar  kemudian diaduk hingga merata.
4.   Lapisan 1 di isi dengan sekam sebagai alas.
5.  Lapisan 2 ditumpuk dengan Bahan Dasar yang telah dicampur setebal 5 s.d 10Cm, kemudian siram dengan Larutan Decomposer M2 tadi.
6.   Lapisan 3 di tumpuk dengan cacahan Bahan Organik yang telah dicacah tadi dengan Ketebalan 15-20 Cm, kemudian siram dengan Larutan Decomposer ( Microorganisme Fermentasi ) tadi.
7.    Tutup tumpukan tersebut dengandaun pisang atau plastik Penutup hingga rapat. Dalam kondisi aerob fermentasi akan berlangsung.
8.    Setiap 2 – 3  hari sekali Lakukan Pengecekan dan Lakukan Pembalikan Pupuk Organik selama 14 hari.
9.   Jika Proses Komposting/Fermentasi Berjalan Normal, maka pada hari ke 14 proses fermentasi dianggap selesai dan dianggap jadi apabila berbau khas fermentasi, kering, dingin dan ditumbuhi jamur berwarna putih. Apabila berbau busuk, maka Proses Komposting/Fermentasi dianggap gagal.
10.  Pupuk Organik hasil Fermentasi didingikan untuk menurunkan suhu, dan siap dikemas untuk dipergunakan.

Praktek pembuatan Pupuk Organik, sebenarnya tidak sulit, terutama dalam skala kecil. Alat-alat yang dibutuhkan pun bisa disederhanakan sesuai skala produksi. Sedangkan bahan baku sangat melimpah. Namun, dalam tahapannya, memang memerlukan sistem pembuatan yang tepat agar menghasilkan Pupuk Organik yang berkualitas unggul sehingga benar-benar bisa meningkatkan hasil produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.


WILUJEUNG PRAKTEK

MUGI-MUGI KATAMPI KU SADAYANA