PENYULUHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
DESA LELES, KEC. SAGALAHERANG KAB. SUBANG
KELOMPOK 18
KKNM Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa
Universitas Subang
Kata pengantar
Tingginya harga pupuk kimia buatan dan kelangkaan pupuk di
sejumlah wilayah saat ini sangat meresahkan para petani. Sejumlah petani di
beberapa daerah bahkan telah mulai
melirik jenis pupuk lain sebagai pengganti pupuk kimia buatan yang
biasa digunakan. Salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk
kimia buatan adalah Pupuk Organik.
Pupuk organik adalah hasil fermentasi bahan-bahan organik seperti sekam, dedek halus, dedek kasar, abu dapur, jerami, kotoran hewan dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut difermentasikan dengan bantuan M2 (Microbe dua). Campuran M2 (Microbe dua). yang digunakan untuk mempercepat fermentasi. Penggunaan M2 tidak hanya mempercepat proses fermentasi tetapi juga menekan bau yang biasanya muncul pada proses penguraian bahan organik.
Di Jepang, bokashi telah digunakan sejak tahun 80-an. Banyak petani di negeri sakura memilih Pupuk organik untuk lahan pertaniannya dikarenakan Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah yang sebagian besar telah menjadi keras akibat penggunaan pupuk kimia terus-menerus.
Selain itu Pupuk organik juga terbukti meningkatkan kesuburan
serta produktifitas tanaman meski efek ini baru dapat dirasakan setelah
bertahun-tahun penggunaan. Hal tersebut sangat wajar karena pupuk alami semacam
Pupuk organik biasanya memang mengandung unsur hara dalam dosis kecil, namun
lengkap unsur makro dan mikronya.
Belum
diketahui dengan jelas mengapa petani di Indonesia enggan menggunakan Pupuk
organik. Padahal bila mau, bahan baku Pupuk organik tersedia melimpah dan
bahkan seringkali dianggap sebagai limbah sehingga kerap dihargai sangat murah.
a. bahan-bahan yang harus disiapkan:
- Nasi
- Gula
aren
- Dedek
halus
- Dedek
kasar
- Kotoran
kambing
- Abu
dapur/sekam
- Jantung
pisang, pohon pisang
- Tanah
dibawah pohon bambu
- Jerami
b. Peralatan
yang harus disiapkan
üEmber
ü Alat-alat
Tani
ü Lahan
Tani
ü Bambu
ü Toples
ü Puring
Ø Langkah
Pertama
Petama-tama kita siapkan ruasan bambu yang sudah di bentuk
seperti kentongan (kohkol) yang berfungsi untuk mengendapkan nasi yang sudah di
tanak. Kemudian nasi di masukan ke ruasan bambu dan di bungkus pake kertas
Koran yang berfungsi untuk menghasilkan nasi jadi jamur dan hasilnya seperti
oncom prosesnya satu minggu minggu dan hasilnya di sebut M1 (Mikroba Satu).
.
Ø Langkah
ke dua
Setelah nasi jadi jamur (nasi akong) lalu siapkan gula aren
yang sudah di potong halus dan kemudian disatukan dengan nasi yang sudah jadi jamur (nasi akong) lalu
diaduk sampe rata. Setelah diaduk dengan rata lalu di masukan ke toples yang
sudah disiapkan lalu tutup rapat dengan kertas Koran (permentasi) prosesnya
satu minggu dan hasilnya di sebut M2 (Mikroba Datu). Setelah selesai permentasi
gula aren dengan nasi aking lalu di perah menggunakan puring, denagan tujuan
memisahkan antara cairan halus dengan cairan kasar.
Ø
Langkah ke tiga
1. Larutkan M2 sebanyak dua sendok makan dicampur dengan Air
+ 10 liter, Aduk Hingga Merata, Kemudian Diamkan
Selama 15-30 Menit.
2. Cacah Sampah Organik ( Daun, Jerami, batang pisang,
daun pisang ) dengan Menggunakan Golok atu sejenisnya
3. Campur kotoran sapi, abu dapur/sekam, dedek halus,
dedek kasar kemudian diaduk hingga merata.
4.
Lapisan 1 di isi dengan sekam sebagai alas.
5. Lapisan 2 ditumpuk dengan Bahan Dasar yang telah
dicampur setebal 5 s.d 10Cm, kemudian siram dengan Larutan Decomposer M2 tadi.
6. Lapisan 3 di tumpuk dengan cacahan Bahan Organik yang
telah dicacah tadi dengan Ketebalan 15-20 Cm, kemudian siram dengan Larutan
Decomposer ( Microorganisme Fermentasi ) tadi.
7. Tutup tumpukan tersebut dengandaun pisang atau plastik
Penutup hingga rapat. Dalam kondisi aerob fermentasi akan berlangsung.
8. Setiap 2 – 3 hari sekali Lakukan Pengecekan dan Lakukan
Pembalikan Pupuk Organik selama 14 hari.
9. Jika Proses Komposting/Fermentasi Berjalan Normal, maka
pada hari ke 14 proses fermentasi dianggap selesai dan dianggap jadi apabila
berbau khas fermentasi, kering, dingin dan ditumbuhi jamur berwarna putih.
Apabila berbau busuk, maka Proses Komposting/Fermentasi dianggap gagal.
10. Pupuk
Organik hasil Fermentasi didingikan untuk menurunkan suhu, dan siap dikemas
untuk dipergunakan.
Praktek pembuatan Pupuk Organik, sebenarnya tidak sulit,
terutama dalam skala kecil. Alat-alat yang dibutuhkan pun bisa disederhanakan
sesuai skala produksi. Sedangkan bahan baku sangat melimpah. Namun, dalam
tahapannya, memang memerlukan sistem pembuatan yang tepat agar menghasilkan Pupuk
Organik yang berkualitas unggul sehingga benar-benar bisa meningkatkan hasil
produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan.
WILUJEUNG PRAKTEK